STIMULUS RESPON DOLLARD-MILLER

 


Novia Zahra Zakiah (19310410025)

Psikologi Kepribadian II 

Dosen Pengampu : Fx Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA.

Dollard dan Miller merupakan seorang teman yang disatukan dalam suatu penelitian dalam bidang psikologi tahun 1931 di Universitas Yale (Hall & Lindzey, 1993). Dollard lahir Winconsin pada tanggal 29 Agustus 1900 dan meninggal di Connecticut pada tanggal 8 Oktober 1980 (Hall & Lindzey, 1993). Sedangkan Miller lahir di Winsconsin juga pada tanggal 3 Agustus 1909 dan meninggal pada tanggal 23 Maret 2002 di kota yang sama dengan Dollard (Hall & Lindzey, 1993). Teori Dollard dan Miller yang paling banyak dikenal yaitu teori stimulus-respon.

STRUKTUR KEPRIBADIAN

            Kebiasaan atau habit adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural (Rosyidi, 2015). Dollard dan Miller lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar dan mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal (kata-kata) dan respon yang umumnya juga berbentuk verbal. Selain itu, Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drive) seperti rasa takut sebagai bagian dari kepribadian yang relatif stabil. Menurut Dollard dan Miller, dorongan primer (primary drive) dan hubungan S-R yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibandingkan habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik (ALWISOL, 2004).

DINAMIKA KEPRIBADIAN

1.      Motivation Drives. Dollard dan Miller sangat memusatkan perhatiannya pada motif-motif penting seperti kecemasan atau dorongan (Rosyidi, 2015). Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan inilah, Dollard dan Miller berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif (ALWISOL, 2004).   Dalam kehidupan manusia, banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari (secondary drive) dari atau berdasarkan dorongan primer (primary drive) seperti rasa lapar, haus dan seks (Rosyidi, 2015).

2.      Proses Belajar. Dollard dan Miller menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa sebagian dorongan sekunder yang dipelajari manusia berasal dari belajar rasa takut dan kecemasan. Terdapat empat komponen utama belajar yaitu :

a.       Isyarat (Cue): Isyarat menentukan kapan organisme harus merespon, mana yang harus direspon dan respon mana yang harus diberikan. Satu stimulus dapat memiliki nilai nilai dorongan dan nilai isyarat sekaligus. Sehingga, hal tersebut dapat membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku (Hall & Lindzey, 1993).

b.      Respon: adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller, sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu. Suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan yang disebut initial hierarchy of response (Rosyidi, 2015).

c.       Perkuatan (Reinforcement): Agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau reward. Dollard dan Miller mendefinisinya sebagai drive reduction (pereda dorongan). Reduksi drive menjadi syarat mutlak dari reinforcement (Rosyidi, 2015).

d.      Dorongan (Drive): adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya. Kekuatan drives tergantung kekuatan stimulus yang memunculkannya (Rosyidi, 2015).

3.      Proses mental yang lebih tinggi

a)      Generalisasi stimulus (stimulus generalization): Generalisasi stimulus merupakan respon yang dipelajari dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang berbentuk atau berwujud fisiknya mirip.

b)      Reasoning:  Memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif. 

c)      Bahasa (ucapan, pikiran, tulisan maupun sikap tubuh): Bahasa merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning. Dua fungsi pentingnya sebagai respon isyarat adalah generalisasi dan diskriminasi. Dollard dan Miller sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. (ALWISOL, 2004)

4.      Secondary drives. Menurut Dollard dan Miller, stimulus atau cue apapun yang sering berasosiasi dengan kepuasan dorongan primer dapat menjadi reinforcement sekunder. Semua drive sekunder, dapat dianalisis asosiasinya dengan drive primer, walaupun terkadang asosiasi itu begitu kompleks sehingga sukar ditemukan jejaknya (ALWISOL, 2004).

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

1.     Perangkat innate respon sederhana dan primary process

            Dollard dan Miller menganggao perubahan dari bayi yang sederhana menjadi dewasa yang kompleks sebagai proses yang menarik. Sehingga banyak karya mereka yang menjelaskan masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoire primitif  yang paling penting, yaitu:

a.       Refleks spesifik: Respon terhadap stimulus tertentu.

b.      Refleks bawaan yang hierarki: respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon lainnya.

c.       Dorongan primer: memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menentukan aktivitas spesifik yang akan dilakukan.

            Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku primitif di atas menjadi dewasa yang kompleks. Bayi akan terus menerus berusaha mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru, memberi reinforcement respon baru, memunculkan motive sekunder dari drive primer, dan mengembangkan proses mental yang lebih tinggi melalui mediated stimulus generalization (Rosyidi, 2015).

2.      Konteks sosial

            Kemampuan memakai bahasa dan response-produced cues sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dimana orang itu berkembang. Bahasa adalah produk sosial, dan kalau proses bahasa itu penting, lingkungan sosial pasti juga penting dalam perkembangan kepribadian. Bagi Dollard dan Miller prinsip-prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Mereka yakin bahwa tingkah laku orang setepatnya sangat dipengaruhi oleh masyarakatnya (Rosyidi, 2015).

3.      Training situation

            Dollard dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Bayi sangat kecil kemampuannya untuk memanipulasi lingkungan sehingga sangat mudah menjadi korban dorongan stimuli yang tidak tertahankan dan frustasi yang berlebihan. Ada banyak peristiwa dimana konflik mental parah yang tidak disadari dapat timbul (Rosyidi, 2015). Dollard dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan emosi (Rosyidi, 2015):

a.       Feeding Situation/situasi makan: adalah situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu.

b.      Cleansing training/pendidikan kebersihan

c.       Early sex training/pendidikan sex awal

d.      Anger-anxiety/pengendalian marah dan agresi

TINGKAH LAKU ABNORMAL

1.      Model konflik

            Terdapat tiga bentuk konflik yang yang mengikuti lima asumsi dasar mengenai konflik tingkah laku (Rosyidi, 2015):

a)      Gradient of Approach: kecenderungan mendekati tujuan positif semakin kuat kalau orang , semakin dekat dengan tujuannya itu.

b)      Gradient of Avoidance: : kecenderungan menghindar dari stimulus negatif semakin kuat, ketika orang semakin dekat dengan stimulus negatif itu.

c)      Peningkatan gradient of avoidance lebih besar dibanding gradient of approach.

d)      Meningkatnya motivasi akan memperkuat gradient mendekat atau gradient menjauh pada semua titik jarak dari tujuan. Hal sebaliknya akan terjadi kalau dorongannya menurun.

e)      Manakala ada dua respon bersaing; yang lebih kuat akan terjadi.

2.      Ketidak sadaran

            Dollard dan Miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua, yaitu pertama, ketidaksadaran berisi hal yang tidak pernah disadari (seperti stimuli, drive dan respon yang dipelajari)  juga apa yang dipelajari secara nonverbal dan detail dari berbagai ketrampilan motorik.  Kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi (ALWISOL, 2004).

PSIKOTERAPI

          Psikoterapi memantapkan seperangkat kondisi dengan mana kebiasaan neurotik mungkin dapat dihilangkan dan kebiasaan yang tidak neurotik dipelajari. Terapis bertindak layaknya seorang guru dan pasien sebagai siswa. 

          Dollard dan Miller memakai kondisi dan prosedur kondisi teraputik konvensional. Terapis yang simpatetik dan permisif mendorong pasien untuk berasosiasi bebas dan mengungkapkan perasaannya. Terapis kemudian berusaha membantu pasien untuk memahami perasaannya sendiri itu dan bagaimana itu berkembang. Pembaharuan Dollard dan Miller terhadap psikoterapi tradisional adalah pemakaian analisis teori belajar mengenai apa yang telah terjadi. 

          Dari hasil eksperimen, Dollard dan Miller menunjukkan bahwa binatang dan manusia pada tahap tertentu dapat belajar mengontrol respon sistem syaraf otonom. Mereka dapat belajar mempercepat dan memperlambat denyut jantungnya atau konstraksi ususnya. Ini memberi peluang teknik kondisioning instrumental untuk dipakai mengobati gangguan fisik seperti denyut jantung dan tekanan darah (Rosyidi, 2015).


REFERENSI:

ALWISOL. (2004). DASAR TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN. Malang: UMM Press.

Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). TEORI-TEORI SIFAT dan BEHAVIORISTIK. Yogyakarta: Kanisius.

Rosyidi, H. (2015). PSIKOLOGI KEPRIBADIAN (Paradigma Traits, Kognitif, Behavioristik dan Humanistik) . Surabaya: Jaudar Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOTIVASI DAN KEPRIBADIAN ALLPORT